Bab 6 Cinta Terlarang Mertua dengan Menantu

Table of Contents

 

Cinta Terlarang Mertua dengan Menantu

Bab 6 – Saat Rahasia Hampir Terbongkar

Pagi itu matahari bersinar cerah setelah berhari-hari hujan. Udara segar masuk melalui jendela ruang makan. Bagas akhirnya pulang dari dinas luar kota semalam, dan suasana rumah terasa lebih hidup.

Andini menyiapkan sarapan; roti panggang, telur mata sapi, dan teh hangat. Pak Surya sudah duduk di meja sambil membaca koran, sementara Bagas masih berada di teras, menelepon seseorang dari kantornya.

Saat Andini meletakkan piring di hadapan Pak Surya, lelaki itu mengangkat kepala dan menatapnya sambil tersenyum kecil. Senyum itu bukan senyum biasa — terlalu hangat untuk sekadar basa-basi. Andini buru-buru membalas dengan senyum tipis lalu beralih ke piring berikutnya.

Tak lama, Bagas masuk. Matanya menangkap momen kecil itu.
“Kalian kelihatan akrab sekali,” ucapnya sambil duduk. Nada suaranya terdengar datar, tapi matanya memandang bergantian antara Andini dan ayahnya.

Andini merasakan pipinya memanas. “Ah, cuma ngobrol soal tanaman di kebun, Mas,” jawabnya cepat.
Pak Surya ikut menimpali, tertawa ringan. “Iya, ini anak memang rajin. Kebun belakang jadi terurus berkat dia.”

Namun Andini tahu tawa itu terdengar sedikit dipaksakan.

Siang harinya, saat sedang menjemur pakaian di halaman, Bagas menghampiri Andini. “Din, aku perhatiin… kamu kelihatan nyaman banget sama Bapak. Nggak apa-apa sih, cuma… aku harap nggak ada yang aneh.”
Andini terdiam sejenak sebelum menjawab, “Mas, jangan berpikir macam-macam. Aku cuma ingin jadi menantu yang baik.”

Bagas mengangguk, tapi tatapannya masih menyelidik. “Ya, aku percaya sama kamu. Tapi… hati-hati saja.”

Malamnya, Andini tidak bisa tidur. Perasaan bersalah menghantamnya. Ia sadar, tidak ada yang benar-benar terjadi, tapi ada sesuatu yang memang berbeda antara dirinya dan Pak Surya. Sesuatu yang jika dilihat dari luar… bisa disalahartikan kapan saja.

Di kamarnya sendiri, Pak Surya duduk sambil memandangi foto keluarga. Dalam hatinya, ia tahu jarak yang mereka jaga semakin tipis. Dan kini, ada mata lain — mata Bagas — yang mulai memperhatikan. 

BAB SEBELUMNYA<< >>BAB SELANJUTNYA