Bab 9 Cinta Terlarang Mertua dengan Menantu

Table of Contents

 

Cinta Terlarang Mertua dengan Menantu

Bab 9 – Pergi demi Kebaikan

Beberapa hari setelah pengakuan di bawah hujan, rumah kembali tenang. Andini sibuk dengan rutinitasnya, mencoba mengalihkan pikiran dari kenangan sore itu. Bagas pulang lebih awal dari dinas, membawa suasana hangat di rumah. Anak-anak kecil mereka berlarian di halaman, tertawa riang, seolah tidak peduli dengan badai perasaan yang pernah melanda.

Pak Surya sudah membuat keputusan. Ia tahu jarak fisik adalah satu-satunya cara agar hubungan ini tetap aman. Pagi itu, ia menyiapkan koper dengan tenang, memastikan semua pakaian dan dokumen penting dibawa. Tidak ada kata perpisahan dramatis, hanya pesan singkat kepada Andini:

"Aku akan tinggal di rumah lama beberapa waktu. Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Jaga diri, dan jagalah kebahagiaan keluarga."

Andini membaca pesan itu, hatinya hancur. Ia berdiri di balkon, menatap mobil yang membawa Pak Surya pergi. Hujan rintik-rintik mulai turun, membasahi rambut dan pipinya. Ia menutup mata, membiarkan air hujan bercampur dengan air mata.

Namun di balik kesedihan itu, ada perasaan lega. Keputusan itu benar. Tidak ada yang hilang, tidak ada yang rusak. Bagas tetap aman, keluarganya tetap utuh, dan mereka berdua masih bisa menjalani hidup dengan integritas.

Hari-hari berlalu. Kehadiran Pak Surya terasa seperti bayangan yang perlahan memudar. Andini kembali menulis di buku hariannya:

“Menyakitkan, tapi aku tahu ini harus dilakukan. Kita belajar bahwa cinta kadang bukan tentang memiliki, tapi tentang melepaskan. Semoga waktu menyembuhkan semua rasa yang tersisa.”

Pak Surya, di rumah lamanya, duduk di kursi dekat jendela. Hujan deras membasahi jendela, membentuk garis-garis tipis yang menetes. Ia memandangi hujan dan tersenyum pahit. Ia tahu bahwa cinta yang benar adalah cinta yang tidak merusak, meski hatinya harus menanggung luka yang tak terlihat.

Dan Andini, di rumahnya sendiri, merasakan hal yang sama. Setiap kali hujan turun, kenangan tentang pengakuan itu muncul. Namun bukan untuk merindukan, tapi untuk mengingat bahwa mereka telah memilih jalan yang benar. Jalan yang berat, tapi penuh tanggung jawab.

Mereka berdua belajar, bahwa terkadang pengorbanan adalah bentuk cinta tertinggi — cinta yang melindungi, bukan menuntut. 

BAB SEBELUMNYA<< >>BAB SELANJUTNYA